Selasa, 16 April 2013

Proses Pedogenesis


Proses Pedogenesis

Pedogenesis  adalah proses pembentukan tanah
Pedologi adalah  ilmu yang mempelajari proses pembentukan tanah,  sebagian besar bersifat hipotesis

Pedologists  mempelajari bagaimana terbentuknya tanah dan perubahan yang terjadi setelah tanah terbentuk
Bahan yang dipelajari di dalam pedologi adalah profil/horison tanah, kemudian interpretasinya berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran untuk melihat kembali proses-proses pembentukan dan perkembangan tanah yang telah berlangsung

Proses pedogenesis terdiri atas seurutan kejadian baik yang berupa reaksi rumit maupun sekedar proses penyusunan kembali bahan. Banyak kejadian yang berkembang secara serentak, berurutan, saling mendukung ataupun berlawanan. Jadi proses pembentukan dan perkembangan tanah bukanlah reaksi tunggal, melainkan bagaimana hubungan antar reaksi tersebut dalam menciptakan gejala tertentu.

Oleh karena itu, faktor pembentuk tanah, S=f(cl,o,p,r,t …) (Jenny, 1941) bukan sebab atau kakas (forces) melainkan penentu keadaan dan riwayat sekelompok sifat tanah. Jadi misalnya, faktor cl, unsur-unsur di dalam iklim lah  yang bertindak sebagai pelaku proses

Iklim kering, maka proses  hidolisis tidak lancar, oleh karena karena kekeringan, sedangkan Iklim basah,  hidrolisis bersifat lancar, karena ada air.

Proses pedogen pokok umum
Ada 2 gejala besar dalam pembentukan tanah yang disebut sebagai proses pedogen pokok umum, yaitu HORISONISASI DAN HAPLOIDISASI  Dua proses tsb menjadi dasar morfogenesis tanah, karena menjadikan tanah mempunyai morfologi

Horisonisasi mencakup proses dan lingkungan yang mengembangkan bahan induk tanah menjadi tubuh tanah yang berhorison banyak dan tersusun atas bagian-bagian yang tidak sama. Contoh : hujan akan  mendorong pembentukan horison

Haploidisasi mencakup proses dan lingkungan yang menghambat/mencegah horisonisasi atau merusak/mencampur horison yang sudah ada. Contoh: kekeringan/kebekuan akan menghambat horisonisasi.

Proses pedogen pokok khusus
Horisonisasi dan haploidisasi digerakkan oleh proses pedogen pokok khusus yang merupakan sekumpulan reaksi yang saling berhubungan yang mendukung atau berlawanan


Empat kategori proses pokok pedogen khusus:
1. Penambahan bahan organik dan mineral, baik berupa bahan padat, cair atau gas pada tanah
2. Penghilangan bahan-bahan tadi dari dalam tanah
3. Pengalihtempatan (translokasi) bahan-bahan tadi dari suatu bagian ke bagian lainnya dalam tubuh tanah
4. Pengalihrupaan (transformasi) bahan-bahan tadi di dalam tubuh tanah  menjadi senyawa baru yang sebelumnya tidak ada

 

 

Gambar. Batuan yang mengalami pelapukan
 



 

Jumat, 12 April 2013

Faktor Pembentuk Tanah

 
Faktor Pembentuk Tanah

Dalam pandangan Ilmu Tanah,   tanah  jauh lebih kompleks dari sekedar bahan di alam yang merupakan hasil pelapukan dari batuan (rock).  Tanah tersusun dari komponen organik dan komponen anorganik dalam berbagai tahapan dekomposisi dan disintegrasi,  berbagai macam gas, dan juga air. Tanah  juga mengandung berbagai macam organisme baik mikro, meso maupun makro dalam jumlah yang banyak.

Tanah merupakan bahan alam yang terbentuk melalui  proses pembentukan tanah (pedogenesis)  dalam waktu yang sangat lama. Proses pembentukan tanah tersebut dikendalikan oleh LIMA FAKTOR PEMBENTUK TANAH, yaitu Bahan Induk (parent material), Iklim (Climate), Organisme (Organism), Timbulan (Relief), dan Waktu (Time) , yang dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut:

Soil (s) = f(p,cl,o,r,t,...) ................................ Jenny (1941)

p = parent material

cl = climate

o = organism

r = relief

t = time

Dalam kenyataannya kelima faktor tersebut bersifat saling mempengaruhi satu sama lain atau ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim.

Bahan Induk Tanah

Mineral-mineral batuan mempunyai keragaman dalam ketahanannya terhadap pelapukan, sehingga mineralogi bahan induk akan sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, selain itu mineralogi dari bahan induk akan mempengaruhi tipe produk pelapukan dan komposisi mineral dari tanah. Komposisi elemen dari bahan induk akan berpengaruh terhadap kesuburan kimia tanah. Tidak hanya kimia dan komposisi mineral bahan induk yang mempengaruhi perkembangan tanah, sifat fisika juga penting. Konsolidasi dan ukuran partikel bahan induk juga berpengaruh atas permeabilitas air yang akan mempengaruhi perkembangan tanah

Misalnya tanah-tanah yang berkembang dari batu kapur (limestone) biasanya mempunyai pH yang tinggi, mempunyai mineral lempung smectite dan derajat kejenuhan basa (base saturation) yang tinggi , sedangkan tanah yang berkembang dari batu pasir (sandstone) dan granit biasanya mempunyai kemasaman yang rendah dan derajat kejenuhan basa yang rendah.

Iklim

Faktor yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Beberapa pengaruh iklim atas tanah dapat dicontohkan sebagai berikut :

Suhu dan kelembaban menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian (leaching). 

Angin mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah, intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah.

Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju reaksi kimia dan tipe vegetasi.

Iklim berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinterkasi dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah.
 
Pengaruh langsung suhu dan curah hujan

Air merupakan komponen yang sangat penting dalam semua proses pelapukan kimia dan fisika. Input curah hujan ke dalam tanah mempunyai pengaruh yang besar atas perkembangan tanah melalui pelapukan dan pelindian dari produk pelapukan. Laju pelapukan juga secara kuat bergantung kepada suhu. Setiap kenaikan 10oC, laju reaksi kimia dalam pelapukan akan meningkat 2 atau 3 kali.

Pengaruh tidak langsung

Biasanya dijumpai hubungan yang kuat antara iklim dan kandungan humus tanah, oleh karena pengaruh dari iklim atas produksi biomas dan laju dekomposisi seresah tanaman dan bahan organik tanah lainnya.

Curah hujan akan mempengaruhi produktifitas vegetasi. Suhu berpengaruh atas laju dekomposisi bahan organik, sehingga sehingga kandungan humus yang tinggi biasanya ditemukan pada daerah iklim lembab dan sejuk.

 

Iklim panas, baik kering maupun lembab cenderung menyebabkan kandungan humus yang rendah

Organisme

Organisme mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan tanah dengan berbagai macam cara

Penyebaran flora dan fauna tergantung sebagian besar kepada iklim, topografi, dan pengaruh bahan induk. Pengaruh organisme sulit dipisahkan dari pengaruh lainnya.

Tetapi, pengaruh vegetasi tampak dalam perbedaan bahan organik antara hutan dan padang rumput. Pada hutan, input BO terbanyak pada permukaan tanah (mor humus), sedang pada rumput, penambahan BO juga terjadi pada tanah bawah dan tercampur dengan bahan mineral tanah (mull humus) oleh aktifitas fauna tanah

Pengaruh aktifitas manusia atas pembentukan dan perkembangan tanah, misalnya: pembukaan hutan untuk pertanian dapat menghilangkan humus, input pengapuran dan pupuk sebaliknya panen mengangkut hara dari dalam tanah serta drainasi dan irigasi yang dapat merubah kelembaban tanah

Relief

Ada 3 jalur utama pengaruh relief atas pembentukan tanah:

a. pengaruh kelerengan atas jeluk tanah

b. modifikasi pengaruh iklim

c. mempengaruhi hubungan kelembaban

 
Waktu

Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam waktu yang lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk, selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama